Mengamati Politik: Marissa Haque Fawzi

Mengamati Politik: Marissa Haque Fawzi
Mengamati Politik: Marissa Haque Fawzi

Hatta Rajasa & Tjatur Sapto Edy, Kader PAN, Bersama No. 8 Progress Selalu

Hatta Rajasa & Tjatur Sapto Edy, Kader PAN, Bersama No. 8 Progress Selalu
Hatta Rajasa & Tjatur Sapto Edy, Kader PAN, Bersama No. 8 Progress Selalu (dlm Desy Ratnasari, MSi, DR. Marissa Haque, Ahmad. Z. Ikang Fawzi, MBA)

Senin, 29 Agustus 2011

Politik Hukum 'by Accident' Anas Urbaningrum: dalam Marissa Haque Fawzi

Nazarudin Danai Ibas & Anas Rp 10 Miliar?

ci

Sumber: http://www.jakartapress.com/detail/read/901/base_url

Jakartapress.com – Beredar kabar bahwa Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, M Nazaruddin, selain memberikan sumbangan uang yang cukup besar ke Partai Demokrat yakni Rp 13 miliar, ternyata juga membiayai kegiatan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum dan Sekjen PD Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas SBY, sejumlah Rp 10 miliar per tahun.

”Dia punya catatan tentang penggunaan dana. Semuanya dicatat termasuk biaya penyewaan pesawat untuk kegiatan Anas dan Ibas yang setahunnya mencapai Rp 10 miliar,” ungkap sumber yang tidak mau disebutkan namanya. Selain bukti-bukti itu, sumber itu juga meyakinkan Nazar memiliki bukti-bukti aliran uang ke sejumlah petinggi PD, seperti, Jhonni Allen Marbun, serta keluarga SBY.

Pernyataan Nazar, tentu saja bukan tudingan sembarangan.Sebagai bendahara umum, Nazar sudah pasti tahu asal muasal dan penggunaan uang partai. Maka tidak aneh bila ia mengklaim punya data terkait tudingannya, meskipun belakangan ia seperti mengurungkan niatnya untuk membuka aib koleganya. Alasannya bukti-buktinya masih dikumpulkan.

Bisa dibayangkan, kalau Nazar dipanggil dan diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kemudian diungkap semuanya, akan membahayakan bagi pihak Partai Demokrat dan keluarga Cikeas. Mungkin karena hal ini, Nazar sengaja disuruh kabur ke luar negeri? Entahlah!

Bila sikap Nazar akhir-akhir ini agak melembek, bagi orang dekatnya bukan karena Nazar tidak punya bukti. Nazar diyakini punya bukti-bukti itu. Hanya saja Nazar tidak mau mengungkapnya lantaran tudingan tersebut hanya untuk menggertak saja."Tapi kalau situasi berubah bisa saja ia bakal habis-habisan melawan," kata orang dekat Nazar yang tidak mau disebut namanya itu.

Gertakan Nazar terkait sejumlah petinggi PD akhirnya berbuah komitmen. Jangan heran kalau kemudian Nazar mengatakan pemecatannya sebagai bendahara umum oleh DK PD belum final. Soalnya, kata Nazar, keputusan DK belum mendapat legitimasi dari DPP PD. "Itu keputusan DK masih harus disampaikan ke DPP. Sebab, keputusan resmi bukan di DK melainkan rapat pleno yang dipimpin Ketua Umum PD Anas Urbaningrum," kilah Nazar yang kini Anggota Komisi III DPR dan masih menjabat Bendahara Fraksi PD.

Nampaknya, pasca pemecatan Nazar dari Bendahara PD, membuat sejumlah petinggi PD bermasalah ketar-ketir dengan ancaman Nazar yang akan membongkar kasus korupsis ejumalh petinggi PD. Nazar sudah mulai melontarkan tudingan kepada petinggi PD, Amir Syamsudin dan Andi Mallarangeng. Yakni, Nazar menyebut Amir yang menjabat Sekretaris Dewan Kehormatan PD telah melanggar etika ketika membela pengemplang BLBI. Amir dituding membawa-bawa nama partai saat menangani perkara koruptor BLBI yang ditangani di MA.

Adapun Andi dan adiknya, Choel Mallarangeng disebut Nazar sering main-main proyek di Kemenpora. Salah satunya dalam proyek pembangunan Wisma Atlet di kawasan Jakabaring, Palembang, Sumsel.

"Semua proyek di Kemenpora itu yang setting Choel Mallarangeng atas sepengetahuan Menpora Andi Mallarangeng. Dalam kasus pembangunan Wisma Atlet, Andi juga ikut bermain. Yang menjalankan adiknya bersama tangan kanannya, Jefry," beber Nazar.

Sementara itu, gurita bisnis keluarga Nazaruddin di Riau ternyata juga melibatkan ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Anas masuk dalam jajaran Komisaris di bisnis perkebunan sawit PT Panahatan yang dipimpin Direktur Utama (Dirut) Muhammad Nasir yang juga kakak sepupu Nazaruddin.

"Iya benar, keluarga Nazaruddin dan Nasir punya bisnis perkebunan sawit di Duri (PT Panahatan). Mereka juga menguasai berbagai bisnis dan proyek lainnya di Riau, seperti jasa kontruksi dan tender proyek di rumah sakit," kata Koordinator Divisi Kaderisasi, Pendidikan, dan Pelatihan DPD Partai Demokrat Riau Ronny Riansyah seperti dirilis MI Online.

Ronny mengungkapkan bisnis sawit keluarga Nazaruddin yang masih berhubungan saudara dengan Muhammad Nasir yang kini duduk sebagai anggota DPR-RI Partai Demokrat pemilihan Riau sempat menjadi sorotan media massa, karena lahannya bermasalah dan bersengketa dengan warga sekitar.

Namun perkembangan kasus sengketa itu tiba-tiba terhenti yang dari keterangan warga diduga akibat adanya pengaruh orang kuat di Senayan, Jakarta. "Dulu pernah ribut tentang bisnis sawit mereka itu di surat kabar lokal. Bisnisnya bermasalah," ujar Ronny.

Dari informasi yang berhasil dihimpun Media Indonesia, bisnis sawit keluarga Nazaruddin bersama istrinya Neneng, dan kakaknya Muhammad Nasir, menempatkan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum sebagai Komisaris dengan kepemilikan saham sebesar 35%.

Sedangkan Nazaruddin duduk di kursi Presiden Komisaris dengan porsi saham yang sama yakni 35%. Sementara Muhammad Nasir menjadi Direktur Utama dengan kepemilikan saham 30%. "Lahan sawit di pematang pudu itu berada kawasan hutan lindung Suaka Margasatwa Balai Raja. Daerah itu adalah ring road populasi gajah. Di sana kerap terjadi konflik kematian gajah," ujar Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau Hariansyah Usman.

Menurut Hariansyah, adanya perkebunan sawit di daerah itu jelas-jelas melanggar karena kawasan tersebut adalah suaka margasatwa. Adapun konflik kematian gajah yang kerap terjadi disebabkan oleh semakin membeludaknya lahan sawit di daerah tersebut. "Kita sering terima pengaduan warga soal sengketa sawit disana," paparnya.

Senada dengan itu, Eri, pemilik kebun sawit yang berbatasan langsung dengan 2.000 hektare kebun sawit PT Panahatan yang diduga kongsi bisnis Nazaruddin dan Anas Urbaningrum, menjelaskan sengketa lahan yang terjadi disebabkan karena banyaknya surat tanah ilegal yang diperjual belikan secara bebas.

Konflik terjadi karena perusahaan di sekitar pemukiman warga di Kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau sering mencaplok lahan warga. "Kita tak tahu siapa pemilik perusahaan-perusahaan itu. Tapi mereka suka ambil lahan dan itu membuat warga marah," ujarnya.

Terungkap pula, konon Nazaruddin ternyata memiliki keluarga besar di Pekanbaru. Mertuanya, Nurmani merupakan warga Jl Amal, Kecamatan Sukajadi Pekanbaru. Istri Nazaruddin, Neneng, juga merupakan anggota Partai Demokrat. Neneng juga pernah ikut pemilihan anggota DPR-RI Dapil II dari Riau. Sedangkan sepupu Nazaruddin, Muhammad Nasir selain anggota DPR RI juga mantan pengurus DPD Partai Demokrat Riau. Begitu juga kakak sepupunya, Rita Zahara merupakan Bendahara Umum (Bendum) DPD Partai Demokrat Riau sekaligus Ketua Fraksi Demokrat DPRD Riau.

Keluarga besar Nazaruddin ini menempati tanah keluarga seluas 220 meter persegi di Jl Amal tersebut. Abang Neneng, Syafrizal membuka usaha warung rumah makan di dekat rumah keluarga itu. Di sampingnya kini berdiri bangunan mewah berlantai dua yang hampir rampung.

Rumah mewah bergaya minimalis ini, menurut Syafrizal dibangun secara bergotong royong sesama keluarga besar Nurmani. Nazaruddin dan Neneng disebut-sebut sebagai penyumbang terbesar untuk membantu pembangunan rumah orang tuanya itu yang ditaksir senilai Rp2 miliar. "Biaya pembangunan rumah ini ditanggung bersama. Namun sebagian besar dana berasal dari Nazaruddin dan istrinya, Neneng,? kata pria yang akrab disapa Eri ini.

Rumah mertua Nazaruddin yang tengah dibangun itu terbilang paling mewah dibandingkan dengan rumah-rumah yang berada di sekitarnya. Rumah mertua Nazaruddin itu persisnya mulai dibangun sejak delapan bulan lalu.

Nazaruddin ke Singapura Bawa Trilyunan Rupiah?
Para analis menyatakan, kepergian M Nazaruddin ke Singapura mengundang spekulasi baru bahwa dia membawa uang ratusan milyar atau bahkan Trilyunan rupiah  ke Singapura untuk pengamanan. Nazaruddin terbang ke SIngapura  diduga bukan sekedar check up kesehatan, namun  mentranfer dan membawa uang dalam jumlah sangat besar bisa mencapai trilyunan rupiah guna 'diamankannya'.

''Sumber-sumber di Singapura menyampaikan spekulasi baru itu, dan perlu menjadi perhatian pemerintah SBY,KPK dan masyarakat Indonesia. Silakan cek dan periksa kebenarannya,'' kata pengamat ekonomi-politik Frans Aba, mantan aktivis GMNI. ''Spekulasi bahwa Nazaruddin  mentranfer dan mengamankan uangnya ke Singapura memang merebak dan jadi pembicaraan  berbagai kalangan, karena uangnya mungkin  sangat banyak,'' kata pengamat Darmawan Sinayangsah.

Alumnus FISIP Universitas Indonesia (UI) ini mengingatkan bahwa sebagaimana dikatakan Sutan Bataguna, politisi Demokrat di DPR, bahwa Nazaruddin adalah kader tiada bandingannya.  Di Demokrat, Nazar memang sering mendapat pujian karena lihai mencari dana.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menilai mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin menjadi kunci dalam kasus suap proyek wisma atlet SEA Games. Oleh sebab itu, Ketua KPK Busryo Muqoddas sangat berharap berharap Nazaruddin hadir memberikan penjelasan kepada KPK. "Supaya proses pemeriksaannya lancar, mengingat pentingnya peran dari pak Muhmmad Nazarudin," kata Busryo di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/5/2011.

Ia menjelaskan, beberapa pernyataan Nazaruddin di berbagai media soal kasus dugaan suap di Kementerian yang dipimpin Andi Malarangeng itu dianggap penting oleh pihak KPK. Oleh sebab itu, pihaknya melakukan pencegahan terhadap mantan petinggi partai binaan Presiden SBY itu. "Karena pentingnya itu kami mencekalnya," kilah Ketua KPK. (*/jpc)

Bersama DPW PAN Bengkulu Feb 2013, Mungkin Insya Allah Menjadi Dapilku Kelak

Bersama DPW PAN Bengkulu Feb 2013, Mungkin Insya Allah Menjadi Dapilku Kelak
Bersama DPW PAN Bengkulu Feb 2013, Mungkin Insya Allah Menjadi Dapilku Kelak (dlm Marissa Haque Ikang Fawzi).jpg